Selasa, 01 Maret 2016

September 2015, 7 menit pertemuan pertama di Stasiun Kereta Api Jember.

Walikota Bandung Ridwan Kamil berkata "Kejarlah jodoh sampai ke Bandung". Wah itu kalau yang tinggal di Jawa masih enak. kalau yang di luar Jawa Kumaha Kang?

Pertanyaan itu terpatahkan oleh saya. September 2015 lalu saya nekat backpackeran naik kapal dan Kereta dari Manokwari hingga Jember modal seadanya hanya demi jodoh. Meski di Jawa banyak kebutuhan di beberapa kota, tapi demi janji yang aku buat sendiri ke Dia, aku bisa sampai ke Jember dan bertemu dengannya meski cuma 7 menit saja karena kereta yang aku tumpangi hanya singgah sebentar di Jember.

Pertama kali melihatnya aku belum merasakan hasrat suka karena selain waktu pertemuan yang singkat, juga dia tau tentang bekas luka saya yang diukir oleh wanita sebelum Dia yang di Manokwari. Mungkin butuh waktu lama atau bahkan harus pergi jauh-jauh dari Manokwari demi menyembuhkan luka ini.

Tuhan memang adil, Dia dari Jember yang datang padaku saat aku rusak dan hampir menjadi iblis 2014 silam selang satu minggu setelah kejadian itu. Nama Dia pun sama persis dengan wanita yg pernah aku suka dulu, hanya nama depannya saja yang sama. Mungkin Tuhan menakdirkan Dia yang jauh lebih baik untuk menggantikan wanita yg aku suka sebelumnya.

Iya benar saja, dia jauh lebih blak-blakan dan apa adanya dan tidak suka dandan. Setiap pagi terbangung karena BBM dari Dia yang mengucapkan "Ohaiyo" yang berarti "Selamat Pagi" dalam Bahasa Jepang. Dia juga Gamer maniak, suka adventure, penyuka binatang terutama kucing, suka memasak, dan agak sedikit tomboy. Namun dia juga mudah sakit.

Sebagai pria tentunya aku merasa iba dan ingin melindunginya dari dinginnya Hujan dan panasnya Matahari, apalagi saat ini Dia begitu kesepian. Namun bukan cuma itu saja, tentu sebagai pria baik tentu ingin selalu ada disampingnya dan tulus menyayanginya. Namun sekali lagi, ruang dan waktu memisahkan kami berdua. Aku di Manokwari dan dia di Jember. Aku yang pertama melihat matahari disaat dia terlelap dan Dia yang terakhir melihat Matahari disaat aku sudah mengantuk.

Aku bersumpah demi Dia yang selalu ada untukku meski lewat Chat, aku akan pindah ke Jember dan Alih Jenjang disana. Aku sudah tidak betah di Manokwari karena terlalu sering melihat wanita itu. Semakin sering aku melihatnya, semakin sakit luka yang aku rasakan. Bahkan semester ini aku sudah melihat sekeliling kampus dengan tatapan dingin. Bisa jadi karena aku pakai kacamata atau karena aku pakai Helm setengah Double Visor sebelah kanan yang sudah aku modifikasi model Helm Macross. Intinya aku ingin pergi dari Manokwari supaya luka ini bisa cepat sembuh.

Nanti, aku pergi dari Manokwari sebagai Pilot Motor, hobi yang pernah aku jalani sebelum pindah ke Manokwari. Bermanuver keliling Jawa dengan Sepeda Motor. Tidak perlu modif atau Moge, cukup motor standar pabrikan itu sudah cukup kuat untuk jarak jauh. Dia di Jember akan senang apabila aku mengajaknya touring motor bersama-sama.

Maka dari itu, saya harus Lulus tahun ini agar cepat lulus, supaya tidak dicap "hanya numpang di Papua untuk kuras kekayaannya lalu pergi begitu saja", aku membuat Tugas Akhir yang cukup gila, Apabila ini berhasil, ini akan menjadi salahsatu kontribusi besar bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Demi TA ini, aku berangkat dan indekos di Jakarta selama satu bulan. Tentu ini juga kesempatan bagus untuk kembali bertemu Dia di Jember dan lebih lama bersamanya.

Pesan untuk Wanita itu di Manokwari :
Aku sudah tidak sabar ingin pergi dari Manokwari. Terima Kasih sudah menorehkan luka hati paling dalam. Karena itu, apabila ada masalah akun fb atau komputer, carilah orang lain. Karena tahun ini, tak akan ada aku lagi. Aku akan kembali mengembara ke Jember. Dengan wanita yang saat ini sudah aku sukai di Jember, aku akan menyembuhkan bekas luka yang kamu buat ini.

Ya, begitulah aku orangnya. Nekat mengembara jauh hanya demi Jodoh. Gagal di Kota satu pergi lagi ke Kota lain. Hehehehehe............